Proses pembuatan keris dan tosan aji lainnya sebenarnya tidak berbeda jauh dengan cara kerja para pandai besi dalam membuat cangkul, arit atau pisau dapur.
Pertama, segala jenis bahan baku, peralatan dan sarana untuk pekerjaan itu harus disiapkan. Bahan baku, sarana dan peralatan itu antara lain adalah :
Besalen : Tempat kerja, bengkel kerja atau work shop
Peralatan kerja, berupa ububan dan paron atau besi landasan tempa, palu besar 5 kg, 3 kg dan 1,5 kg, palu kecil untuk empu, 3 buah capit (sapit atau penjepit, semacam kakaktua bertangkai panjang), gergaji besi, pahat besi, paju dan berbagai macam bentuk dan ukiran kikir.
Panjak atau tenaga pembantu, antara 2 ampai 3 orang. Pada zaman dahulu biasanya membutuhkan sekitar 5 orang.
Arang kayu jati kualitas terbaik, sekitar 3 kuintal. Di Madura, digunakan arang kayu sejenis pohon yang tumbuh di pantai.
Bahan baku keris yang berupa :
Besi tempat sekitar 12 kg (untuk keris lurus) sampai 18 kg (untuk keris luk).
Baja sekitar 600 gram
Bahan pamor sekitar 350 gram atau nikel sekitar 125 gram.
Bahan baku yang disebut di atas hanya cukup untuk membuat sebilah keris berukuran sedang. Untuk membuat keris Bali atau Sundang Filipina bahan baku yang disebutkan di atas belum cukup. Dalam membuat keris, semakin banyak luknya semakin banyak pula bahan baku yang harus disediakan.
Pertama-tama yang dikerjakan adalah bahan besinya. Besi tempa itu harus dibersihkan dari segala macam kotoran termasuk kandungan arang atau karbonnya.Proses membersihkan besi tempa ini di dalam dunia perkerisan di pulau Jawa disebut masuh atau mbesot.
Besi tempa itu dipanaskan hingga merah membara lalu ditempa menggunakan palu besar berkali-kali. Dipanaskan lagi, ditempa lagi hingga berulang-ulang. Karena dipanaskan dan ditempa secara terus menerus, besi tempa akan semakain memanjang.
Setelah besi menjadi panjang, besi tempa yang membara itu ditekuk sehingga membentuk huruf U. penempaan diteruskan pada sisi-sisi tekukan itu sehingga kedua sisi tekukan itu menempel satu sama lain. Begitu seterusnya, setelah memanjang ditekuk lagi, ditempa lagi, ditekuk lagi dan seterusnya.
Selama penempaan kotoran arang besi (senyawa karbon, silicon dan lain-lain), senyawa-senyawa yang tidak diperlukan dan kotoran lainnya akan memercik keluar sebagai bunga api. Dengan demikian, sedikit demi sedikit besi tempa itu akan semakin berkurang bobotnya.
Besi tempa bahan keris yang semula berbobot sekitar 18 kg, setelah diwasuh atau dibesot akan menjadi hanya sekitar 7-9 kg. Besi yang demikian bisa dibilang bersih dan dalam dunia perkerisan bisanya disebut besi wasuhan atau besi besotan.
Bila menginginkan keris yang besinya matang tempaan, masih bisa ditempa terus hingga bobotnya tinggal 5 kg.
Besi yang telah diwasuh, sekali lagi ditekuk menjadi seperi huruf U. Selanjutnya, di sela-sela sisi yang membentuk huruf U itu diselipkan lempengan bahan pamor yang telah dipipihkan lebih dahulu dengan ketipisan sekitar 3 mm.
Bahan pamor ini boleh berupa batu meteorit, bisa pula berupa nikel. Keduanya dipanaskan bersama-sama. Dalam keadaan sama-sama membara, kedua bahan itu ditempa bersama sehingga kepingan pamor akan terjepit erat di sela sisi besi tempa.
Bahan besi yang kini sudah menjepit kepingan pamor itu ditempa terus sehingg a bentuknya memanjang lagi. Selanjutnya ditekuk lagi menjadi bentuk huruf U. Sesudah itu kedua sisi huruf U itu dihimpitkan lagi dengan cara menempanya, sehingga besi itu memanjang lagi. Demikian dilakukan berulang-ulang.
Setiap kali menekuk berarti jumlah lapisan pada besi itu bertambah . Pada tekukan pertama, pamornya dua lapis. Tekukan kedua pamor dan besinya menjadi enam lapis. Begitu seterusnya.
Pada zaman sekarang, keris yang tergolong berkualitas pada umumnya memiliki 64 lapisan pamor. Untuk kualitas yang cukup baik, lapisan pamor pada keris bisa sampai ratusan jumlahnya. Dan begitu pula untuk yang kualitas istimewa, lapisan atau tekukannya bisa mencapai ribuan.
Yang harus diperhatikan dalam tahap pelapisan pamor ini adalah ketepatan suhu besi dan pamor yang harus cukup panas waktu ditempa. Karena jika kurang panas, daya lekat antara besi tempa dan bahan pamornya kurang kuat. Akibatnya, pada saat keris itu disepuh akan ada bagian lapisan pamor yang terlepas dari besinya.
Bila hal tersebut terjadi, maka keris itu akan tergolong keris yang pegat waja atau pancal pamor, yang diyakini oleh sebagian orang sebagai keris yang buruk tuahnya dan penampilannya secara eksoteri menjadi cacat.
Namun , jika pemanasan pamor berlebih, besi dan pamor akan luluh bersenyawa dan menyatu sehingga tidak membentuk lapisan melainkan suatu paduan (alloy). Hal ini pun juga tidak dikehendaki, karena batas antara besi dan pamor menjadi tidak nyata lagi.
Besi tempa yang telah berlapis dengan pamor disebut saton. Berat besi saton ini pun tinggal sekitar 4 kg, selama proses pembuatan saton, bobot besi dan bahan pamor menyusut karena proses penempaan.
Setelah besi dan pamor diolah menjadi saton, tahap selanjutnya adalah memotong saton menjadi dua bagian sama panjang, kira-kira 18 cm. Kedua potongan saton tersebut lalu ditumpuk, dan ditengahnya disisipkan lempengan baja tipis. Tebal baja kira-kira 2 sampai 3 mm.
Tumpukan saton-baja-saton tersebut kemudian diikat dengan suh yang bisa berupa kawat atau besi tempa yang sudah dibentuk panjang seperti kawat. Setelah itu, ikatan saton dan baja tersebut kemudian dipanaskan dan ditempa lagi supaya lapisan-lapaisan itu melekat satu sama lain. Setelah saton dan baja melekat erat satu sama lain, selanjutnya digergaji menjadi bentuk kodokan. Nama kodokan itu diberikan karena bentuknya memang agak menyerupai kodok (katak).
Kodokan inilah yang selanjutnya ditempa lagi menjadi calonan, yaitu kodokan yang sudah berbentuk seperti keris.
Ketika masih berupa kodokan, besi saton masih termasuk luwes. Karena pada dasarnya kodokan masih bisa dibuat calonan tombak, wedung, pedang dan tosan aji lainnya. Tapi kalau sudah menjadi calonan, sudah sulit diubah lagi. Calonan keris sulit atau tidak dapat diubah menjadi tombak atau tosan aji lainnya.
Tahap selanjutnya, adalah pembuatan calonan. Dalam pembuatan calonan tergantung dari keris apa yang akan dibuat, apakah keris lurus atau keris luk.
Jika hendak membuat keris lurus, membuat calonan bisa langsung dimulai. Namun, jika yang akan dibuat adalah keris luk, proses pembuatan luk harus lebih dulu dilakukan.
Sebelumnya, ujung calonan itu dipotong dulu sekitar 6 cm untuk bahan pembuatan ganja. Selanjutnya, cara pembuatan luk adalah dengan cara memanasi bagian yang hendak dibuat luk, baru setelah itu ditempa. Yang pertama dikerjakan adalah luk pertama yang terletak di dekat pangkal bilah. Setelah itu baru luk-luk di atasnya. Semakin lama semakin ke ujung. Setiap pembuatan luk, calonan harus dipanasi. Pada tahap ini, berat calonan itu kurang dari 1,5 kg.
Setelah calonan keris sudah selesai, tahap selanjutnya adalah anggrabahi. Alat yang digunakan adakah sebuah kikir kasar. Tepi bilah calonan keris itu ditipiskan, sedangkan bagian tengah bilah dibiarkan agak tebal.
Penipisan di sisi kiri dan kanan bilah harus seimbang. Agar sesuai benar dengan pola bentuk yang dikehendaki, biasanya calonan keris yang digrabahi itu ditaruh di atas sebuah blak, yakni pola pedoman bentuk yang terbuat dari guntingan seng. Blak yang digunakan untuk membantu pembuatan bentuk bilah keris adalah jenis blak lanang.
Setelah tahap ini selesai, selanjutnya adalah pembuatan ricikan keris. Misalnya, membuat kembang kacangnya, membuat jalen-nya, sogokan-nya, kruwingan dan sebagainya. Dalam tahap ini, peralatan yang digunakan antara lain kikir halus, kikir segi tiga, kikir bulat, gerinda, pahat besi dan sebagainya.
Proses selanjutnya adalah, pembuatan Ganja. Bahan pembuatan ganja diambil dari ujung calonan keris, kecuali bila hendak membuat pamor asihan.
Pertama-tama hanya dibentuk dengan kasar, kemudian dibor sehingga lubang di tengah ganja pas dengan ukuran pesi keris. Sesudah dipasang, biasanya ganja itu dipantek atau dibuatkan pasak sehingga tidak mudah copot. Setelah terpasang bilahnya, barulah bentuk ganja itu dihaluskan dan disesuaikan dengan bentuk sor-soran kerisnya. Bila yang dibuat adalah ganja wulung bahannya dibuat dari besi wasuhan yang belum/tidak dicampur dengan bahan pamor.
Setelah tahap ini selesai, bentuk kasar sebilah keris sudah nampak jelas. Tahap selanjutnya adalah silak waja, yaitu mengikir atau menggerinda permukaan bilah, terutama bagian tepinya agar pamornya keluar (terlihat).
Pada tahap ini, harus dilakukan dengan hati-hati, sebab jika pengikirannya berlebihan akan banyak pamor yang ikut terbuang. Sedangkan bila kurang, tidak seluruh pamor akan timbul.
Selanjutnya, menentukan bentuk bagaimana yang akan dibuat untuk bagian tengah bilahnya.Akan menggunakan ada-ada atau tidak, atau akan dibuat nggigir lembu, atau ngadal mateng. Pekerjaan ini pun diselesaikan dengan kikir. Tahap pengerjaan ini disebut ngeleseh.
Selanjutnya adalah menghaluskan dengan cara menggososk permukaan bilah keris itu dengan batu asahan dan amplas besi yang halus. Cara menghaluskannya harus hati-hati jangan sampai bagian kecil ricikan keris rusak.
Tahap terakhir dalam proses pembuatan keris adalah menyepuh, yaitu membuat nya menjadi tua, maksudnya adalah membuat keris itu menjadi lebih kuat, lebih terpelihara ketajamannya, tidak gampang aus dan tidak gampang majal.
Caranya, keris dipanaskan lagi hingga membara, namun tidak sampai memijar. Setelah membara, keris itu segera dimasukkan ke dalam larutan sepuhan, lalu cepat-cepat diangkat lagi. Jika tidak cepat diangkat, kadang-kadang keris itu akan berubah bentuk menjadi berpilin (muntir atau ngulet-Bahasa Jawa). Risiko lainnya,karena proses pendinginan yang mendadak itu bilah keris akan pecah (benthet-Bahasa Jawa), sehingga menjadi keris yang Pemengkang Jagad.
Kemungkinan buruk yang lainnya adalah lepasnya ikatan antara besi dan pamornya, sehingga keris itu menjadi Pegat Waja atau pamornya nglokop.
Jika hal tersebut terjadi, artinya proses penyepuhan gagal dan sekaligus pembuatan keris itu gagal total. Keris yang gagal dalam penyepuhan praktis tidak dapat diperbaiki lagi.
Jika proses penyepuhan berjalan baik, maka selesailah proses pembuatan keris itu. Untuk menampilkan keindahan pamor keris, keris dipercantik dengan cara mewarangi lalu mengolesi permukaan bilahnya dengan minyak keris.
http://bali600d.blogspot.com/2012/12/proses-pembuatan-keris.html